Assalamualaikum ...
Sayangku...
Jika engkau mengharapkan ketampanan, kesempurnaan
fisik dan penampilan, ketahuilah aku hanyalah seorang manusia biasa, yg
lahir dari benih ayah dan ibuku, yang rupa dan bentuk fisiknya tak
bisa aku inginkan sesuai mauku. Aku hanya menerima takdir tuhan,
beginilah diriku adanya. Aku tidak setampan nabi Yusuf, tidak segagah
nabi Daud, tidak sekuat Umar bin khatab, tidak sehalus Usman bin affan,
tidak sepintar Ali bin abi thalib, dan aku juga tidak sesabar Abu
bakar shiddiq. Jika engkau menginginkan semua sifat itu ada padaku,
maka aku berlindung kepada Allah, atas kelemahan diriku. Tapi jika
engkau mendoakan aku memiliki salah satu saja sifat mulia mereka, maka
aku bersyukur kepada Allah atas doamu itu dan juga atas berlipatnya
rizkiku karena bisa menikah dengan manusia pemilik doa sepertimu kelak.
Adindaku,
Aku
dan engkau akan tahu, kita akan menghadapi masa-masa yang akan datang
bersama-sama kelak, masa yang kadang indah untuk dikenang, atau pahit untuk
diingat. Semua tergantung seberapa besar hati ini mau melapangkan jalan
untuk menerima apapun kondisi itu. Sayangku, Jika salah satu sudut
hatimu pada saat ini sudah terisi untukku, maka sudut-sudut yang lain
isilah dengan rabb pencipta alam semesta.
Jangan kau isi
semua sudut hatimu dengan diriku atau dengan yang lain kecuali Tuhan
mu, sebab aku tidak akan sanggup menjaga mu bahkan menjaga hatimu,
hanya Allah lah yang bisa menjagamu, menjaga hati dan jiwamu, menjaga
fisik dan ragamu. Kamu mungkin bisa melupakan aku jika aku berbuat
kesalahan, kamu bisa saja membuang sudut hati tempatku berpijak dan
mengganti dengan orang lain yang sesuai dengan keinginanmu, tapi engkau
tidak akan bisa melupakan rabb pemilik hatimu. Dan aku lebih nyaman
jika hatimu dikuasai oleh pemilik alam semesta, ketimbang dikuasai oleh
aku atau apapun itu.
Adindaku,
Insya Allah kita akan menjalani tahap-tahap usia pernikahan kita kelak,
Pada
tahun pertama perkawinan kita kelak, kuharap engkau mau lebih bersabar, mau
memahami lebih dalam perbedaan-perbedaan antara kita, sebab kita adalah
dua orang asing yang harus mengayuh perahu bersama, jika kita tidak
bisa bekerja sama, aku khawatir perahu ini tenggelam ketika baru saja
kita meninggalkan pantai.
Pada tahun kedua hingga tahun
kelima, kuharap engkau sudah mengerti tentang diriku, tentang sifat dan
tingkah lakuku. Saat itu mungkin anak pertama kita akan lahir dan
tanggung jawab kita sebagai orangtua baru dimulai.
Aku berpesan kepadamu,
Kemulyaanmu
sebagai seorang ibu baru saja dimulai, jika engkau merasa capek dan
lelah janganlah sungkan-sungkan untuk meminta tolong kepadaku. Meski
aku tahu pada saat itu mungkin kehidupan kita masih prihatin. Tapi aku
yakin anak-anak kita yang masih lucu akan mampu menghapus semua duka
lara, letih dan lelah serta rasa capek dan lelah karena tugas kita.
Tugasmu sebagai madrasah yang memberi pendidikan agama dan nilai luhur
para orang saleh pendahulu kita, dan tugasku membantumu membumikan
pendidikan itu.
Pada tahun kelima hingga kesepuluh,
mungkin kita akan didera oleh kondisi keuangan karena saat itu
kebutuhan kita akan meningkat, anak-anak beranjak ke sekolah dan
kebutuhan rumah tangga akan meningkat. Aku memohon kepadamu, bantu aku
dengan doa-doamu, dengan dhuha dan tahajudmu dengan zikir dan
shodaqohmu, semoga masa-masa sulit segera pergi hingga Allah memenuhi
janjinya kepada kita.
Pada tahun kesepuluh hingga
keduapuluh, mungkin Allah telah mengalirkan rezeki yang deras kepada
kita, kehidupan mulai mapan, kesejahteraan mulai datang, dan anak-anak
mulai dewasa. Aku memohon kepadamu, bantu aku menguatkan batin dan
jiwaku agar aku tidak terperosok kedalam jurang kenistaan, karena
godaan dunia berupa harta tahta dan wanita. Sadarkan aku tentang umur
dan usiaku yang mulai menua juga temperamenku yang mulai meninggi
dimakan usia. Bantu aku bersahabat dengan anak-anak kita, berikan
mereka pengertian tentang arti kehidupan sesungguhnya, karena sebentar
lagi mereka akan memilih jalannya masing-masing.
Pada
tahun ketigapuluh dan sesudahnya, aku tak tahu apakah kita akan sampai
disitu, yang jelas kita akan kembali berdua, anak-anak lelaki kita
akan pergi dan anak perempuan akan mengikuti suaminya. Kita hanyalah
sepasang manusia renta yang tak bisa melawan takdirnya. Kuingin saat
itu, hari-hari kita hanya dipenuhi zikir dan tasbih, dipenuhi munajat
dan doa, seraya menunggu utusan Tuhan datang menjemput.
Aku
ingin engkau dan aku tetap menjadi pasangan didunia dan akhirat, jadi
kumohon kita saling menjaga, saling memberi peringatan dan tausiah agar
tujuan pernikahan ini sesuai dengan yang kita harapkan. Terakhir aku
ingin kado ku ini menjadi prasasti cinta kita, yang tertanam jauh
dilubuk hati, sehingga jika terjadi goncangan, kita selalu kembali ke
komitmen awal pernikahan.
Salam bahagia
Calon Suamimu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar