Kamis, 08 Desember 2011

Menuju Keluarga Sakinah, Mawadah, Warohmah 2


Kupilih Engkau Karena Ketaatanmu…!!
Islam menganjurkan kepada seorang laki-laki untuk selektif dalam memilih calon istri dan calon ibu bagi anak-anaknya. Karena dengan pilihan yang salah dapat membawa keburukan dan kehinaan bagi dirinya. Apakah yang perlu diperhatikan seorang laki-laki untuk memilih teman hidupnya?……
Konon pada masa jahiliah mayoritas lelaki bangsa Arab mencari istri hanya berdasarkan faktor keturunan, kedudukan, harta benda, kecantikan, budi pekerti yang luhur dan lain sebagainya yang memang harus dimiliki oleh seorang wanita agar kelak menjadi seorang istri yang shalihah dan ibu rumah tangga yang dapat mendidik anak-anaknya dengan baik.
Ketika Islam lahir di jazirah Arab dan sebagian besar bangsa Arab kala itu masih berpegang teguh tradisi lama, maka Islam mulai melakukkan terobosan-terobosan baru dalam memilih pasangan hidup, yaitu dengan mencanangkan faktor agama di antara beberapa faktor lainnya sebagaimana yang telah disebutkan diatas.
Sebagaimana diceritakan Ibnu Umar ra bahwasanya ia telah berkata, Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam pernah bersabda: Jangan kamu menikahi wanita disebabkan karena kecantikannya, karena kecantikan itu terkadang dapat mencelakakan dirinya sendiri. Dan janganlah kamu menikahi wanita karena harta kekayaannya, karena kekayaan itu tekadang dapat melalaikannya. Akan tetapi nikahilah wanita itu karena baik agamanya. Budak wanita yang buruk rupa dan hitam, akan tetapi ia taat menjalankan perintah agamanya, ia lebih mulia dan utama dari wanita yang lain. (HR. Ibnu Majah).
Dari Abu Hurairah ra dan dari Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi wa Sallam bahwa sanya beliau bersabda: Wanita itu dinikahi karena empat faktor; karena harta kekayaannya, karena kedudukannya, karena kecantikannya, dan yang terakhir karena agamanya. Maka pilihlah olehmu karena baik agamanya, niscaya kamu akan beruntung. (Muttafaqun Alaihi).
Dari Anas bin Malik bahwasanya Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam telah bersabda: Barang siapa yang dikarunia Tuhan seorang istri yang shalihah, maka berarti Tuhan telah menolong separuh agamanya. Oleh karena itu bertakwalah kepada Allah pada separuh lainnya. (HR. Hakim).
Dari Anas dan dari Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam: Barang siapa yang menikahi wanita karena mengharapkan kemuliannya, niscaya Allah tidak akan memberikan kepadanya sesuatu apapun kecuali kehinaan. Barang siapa yang menikahi wanita karena mengharapkan kekayaannya, niscaya Allah tidak akan memberikan kepada sesuatu apapun kecuali kemiskinan. Dan barang siapa yang menikahi wanita karena mengharapkan kedudukannya, niscaya Allah tidak akan memberikan sesuatu apapun kepadanya kecuali kesengsaraan. Akan tetapi barang siapa yang menikahi wanita dan ia tidak mngharapkan apa-apa darinya, kecuali agar ia dapat menjaga pandangan mata, memelihara kemaluan, dan menyambung tali silaturahim, niscaya Allah akan memberkahinya dan juga istrinya. (HR. Tabrani).
Dari Abu Hurairah ra: Istri yang baik adalah istri yang menyenangkan jika dipandang suami, mematuhi jika diperintahnya, dan tidak pernah membangkang apa-apa yang dikatakannya. (Imam Sayuti; dalam kitab Jami’ Shagier).
Di antara tata krama dalam meminang seorang gadis, maka seorang lelaki tidak boleh curang atau mengakali pihak wanita seperti berpenampilan seperti anak muda dengan menyemir rambutnya yang telah beruban. Diceritakan dari Aisyah ra bahwasanya ia telah berkata: Jika ada seorang di antaramu ingin meminang seorang gadis, sedang ia telah menyemir rambutnya yang sudah tumbuh uban dengan warna hitam, maka katakanlah dengan berterus-terang bahwa ia memakai semir rambut hitam. (Imam Sayuti; dalam kitab Jami’ Shagier).
Maksud dari ucapan Aisyah ini adalah agar pihak lelaki tampil apa adanya dan juga harus berterus-terang kepada keluarga gadis yang dipinangnya, hingga akhirnya tidak ada pihak yang merasa dirugikan ataupun diculasi. Begitu pula halnya seorang wanita yang akan dipinang, maka iapun harus berterus-terang dan tidak boleh menyembunyikan sesuatu apapun darinya, seperti rambut, umpamanya. Dari Ali bin Abu Thalib ra: Apabila ada seorang diantaramu yang meminang seorang gadis, maka tanyakanlah tentang rambutnya sebagaimana ia juga boleh melihat wajahnya. Karena, bagaimanapun rambut wanita itu adalah salah satu cermin kecantikannya. (Imam Sayuti dalam kitab Jami’ Shagier).
Dari Sa’ad bin Abi Waqqas bahwasanya ia telah berkata, Raulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam pernah bersabda: Ada tiga macam kebahagiaan dan kesengsaraan anak manusia; Tiga kebahagiaan itu adalah: istri yang shalihah, rumah tangga yang damai dan harmonis, dan kendaraan yang bagus. Sedangkan tiga kesengsaraan itu adalah: istri yang jahat, rumah tangga yang ribut, dan kendaraan yang buruk. (HR Ahmad).
Sementara itu Sayidina Umar bin Khaththa ra telah berkata: Kalau kamu ingin menikah, maka sebaiknya menikahlah dengan wanita yang masih perawan dan baik-baik, lalu berlindunglah kepada Allah Ta’ala dari segala kejahatan kaum wanita. Sahabat Utsman bin Abu Al Ash telah berkata kepada anak-anaknya: Orang yang menikah itu seumpama petani yang akan bercocok tanam. Oleh karena itu seseorang harus tahu dan memperhatikan, dimana ia akan menyemaikan benihnya itu. Karena bibit keturunan yang buruk akan menular kepada yang lain walaupun hanya sesaat.
Aisyah ra pernah ditanya: Wahai Ummul Mu’minin, menurut pandanganmu wanita yang bagaimana yang lebih utama..? Lalu Aisyah menjawab: Wanita yang utama adalah wanita yang tidak pernah melontarkan ucapan-ucapan yang keji, tidak pernah menipu suaminya, dan tidak pernah memamerkan kecantikan ataupun perhiasannya kecuali kepada suaminya serta menjaga kehormatan keluarganya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar